Hari minggu kemarin aku bersama 3 orang teman mengunjungi air terjun 2 warna di kawasan hutan lindung Sibayak. Lebih lengkapnya air terjun dua warna berada di Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang. Tepatnya di Bumi Perkemahan Sibolangit. Dengan jarak tempuh 57 Km dari kota Medan, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari kota Medan menuju ke bumi perkemahan tersebut. Air terjun ini tersembunyi aman di tengah hutan lindung Sibayak I dan Sibayak II, dengan ketinggian 75 meter pada ketinggian 1475 M Dpl (dari permukaan laut). Untuk menuju air terjun ini harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 10 Km. Waktu tempuhnya bila berjalan santai, dibutuhkan waktu sekitar 3 jam. Medannya cukup menantang bagi penggemar olah raga Adventure Tracking.
Pukul 8 pagi kami bertolak dari Medan menggunakan sepeda motor. Udara yang sejuk dan kabut tipis menyambut kedatangan kami di bumi perkemahan Sibolangit. Suasana yang masih asri sungguh memanjakan kami yang senantiasa bergumul dengan kehidupan kota yang penuh dengan kebisingan dan polusi. Diawali dengan berdoa bersama perjalanan pun dimulai. Dipandu oleh 2 orang guide kami mulai memasuki kawasan hutan lindung Sibayak. Pepohonan yang rimbun membuat keadaan di dalam hutan terasa gelap. Jalan setapak yang licin dan berlumpur cukup menyulitkan perjalanan kami. Beberapa kali kami terpeleset dan bahkan kaki kami terjebak lumpur. Namun kami terus melanjutkan perjalanan kami terus ke tengah hutan. Di tengah perjalanan kami harus menyeberangi sungai berbatu-batu besar yang sungguh sangat jernih. Kami sempatkan untuk merasakan betapa dinginnya air sungai tersebut.
Perjalanan cukup melelahkan dan kami sempatkan diri untuk beristirahat sejenak. Sebuah pohon tumbang menjadi alas duduk kami berselimut kabut ditemani rimbunan pepohonan, suara khas binatang hutan yang terdengar cukup jelas di kejauhan. Setelah mengambil nafas dan sedikit mengisi tenaga kami pun melanjutkan lagi perjalanan kami. Lapar yang terasa akibat tidak sarapan tak kami hiraukan lagi. Dengan semangat 45 jalur yang cukup sulit ini kami lalui. Beberapa kali kami pun harus naik turun tebing dengan menggunakan tali maupun akar pepohonan sebagai tumpuan. Dalam hati kami hanya berpikir semoga saja kesulitan ini tak seberapa dibandingkan dengan keindahan yang akan kami dapatkan.
Setelah 2 jam lebih berjalan akhirnya kami mulai turun ke sungai dan menyusuri jalan setapak di pinggir sungai dan bahkan harus melompati batu-batu sungai. Namun rasa lelah yang kami rasakan sebelumnya hilang setelah gemericik suara air terjun terdengar. Terlihat sebuah tenda dan bekas-bekas perkemahan yang mengisyaratkan bahwa tujuan kami telah dekat. Akhirnya sebuah pemandangan yang sangat memanjakan mata muncul di hadapan kami. Hamparan air berwarna biru layaknya sebuah karpet terhampar dihadapan kami. Sungguh sebuah keindahan alam yang tiada taranya. Lelah dan letih akibat berjalan selama lebih dari 2 jam terbayar sudah.
Air terjun dua warna ini pertama kali ditemukan para pecinta alam yang sering mengadakan kegiatan Tracking, hiking dan camping. Konon air terjun ini terjadi akibat letusan Gunung Sibayak ratusan tahun silam yang membentuk aliran sungai yang di aliri sulfur (belerang). Air belerang tersebut pun menyatu dengan partikel–partikel air sungai dari resapan hutan sehingga berubah warna menjadi biru. Anehnya, air terjun berwarna biru tersebut sama sekali tidak mengeluarkan bau belerang.
Selesai memanjakan mata lalu kami menceburkan diri ke dalam telaga di bawah air terjun tersebut. " Brrrr.... " rasa dingin langsung menusuk ke tulang. Badan langsung menggigil kedinginan begitu masuk ke dalam air. Kami tak berlama-lama di dalam air hanya mengambil beberapa gambar dan kemudian naik ke permukaan. Sambil menggerak-gerakkan badan untuk melawan rasa dingin yang masih terasa. Dua orang guide yang mengawal kami telah menyiapkan segelas kopi hangat untuk menghangatkan badan. Hmm nikmaaatt...
Tak terasa hari sudah siang dan gerimis mulai turun. Tak ingin terjebak hujan di dalam hutan kami pun lekas-lekas ganti pakaian dan melanjutkan perjalanan kembali ke basecamp. Untunglah gerimis tadi tak berlanjut menjadi hujan deras. Medan yang berat kembali kami lalui. lelah dan letih yang kami rasakan saat berangkat menuju air terjun tadi kembali kami rasakan. Perjalanan menuruni bukit makin terasa berat karena harus menahan berat beban tubuh dan barang bawaan kami. Ditambah lagi stamina yang terkuras dan jalan setapak yang licin dan berlumpur makin menguras sisa-sisa energi kami. Sesampai di basecamp hujan lebat turun. Aku berucap syukur kepada Allah yang telah melindungi kami hingga kami sampai di basecamp tanpa terjebak hujan. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat seru dan menantang. Puas sekali kami atas jerih payah yang telah kami lakukan agar dapat menikmati salah satu keindahan alam yang tiada taranya.