Selasa, 15 Desember 2009

13 Desember 2009,, Air Terjun 2 Warna


 
Hari minggu kemarin aku bersama 3 orang teman mengunjungi air terjun 2 warna di kawasan hutan lindung Sibayak. Lebih lengkapnya air terjun dua warna berada di Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang. Tepatnya di Bumi Perkemahan Sibolangit. Dengan jarak tempuh 57 Km dari kota Medan, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari kota Medan menuju ke bumi perkemahan tersebut. Air terjun ini tersembunyi aman di tengah hutan lindung Sibayak I dan Sibayak II,  dengan ketinggian 75 meter pada ketinggian 1475 M Dpl (dari permukaan laut). Untuk menuju air terjun ini harus berjalan kaki sejauh kurang lebih 10 Km. Waktu tempuhnya bila berjalan santai, dibutuhkan waktu sekitar 3 jam. Medannya cukup menantang bagi penggemar olah raga Adventure Tracking.


Pukul 8 pagi kami bertolak dari Medan menggunakan sepeda motor. Udara yang sejuk dan kabut tipis menyambut kedatangan kami di bumi perkemahan Sibolangit. Suasana yang masih asri sungguh memanjakan kami yang senantiasa bergumul dengan kehidupan kota yang penuh dengan kebisingan dan polusi. Diawali dengan berdoa bersama perjalanan pun dimulai. Dipandu oleh 2 orang guide kami mulai memasuki kawasan hutan lindung Sibayak. Pepohonan yang rimbun membuat keadaan di dalam hutan terasa gelap. Jalan setapak yang licin dan berlumpur cukup menyulitkan perjalanan kami. Beberapa kali kami terpeleset dan bahkan kaki kami terjebak lumpur. Namun kami terus melanjutkan perjalanan kami terus ke tengah hutan. Di tengah perjalanan kami harus menyeberangi sungai berbatu-batu besar yang sungguh sangat jernih. Kami sempatkan untuk merasakan betapa dinginnya air sungai tersebut.

Perjalanan cukup melelahkan dan kami sempatkan diri untuk beristirahat sejenak. Sebuah pohon tumbang menjadi alas duduk kami berselimut kabut ditemani rimbunan pepohonan, suara khas binatang hutan yang terdengar cukup jelas di kejauhan. Setelah mengambil nafas dan sedikit mengisi tenaga kami pun melanjutkan lagi perjalanan kami. Lapar yang terasa akibat tidak sarapan tak kami hiraukan lagi. Dengan semangat 45 jalur yang cukup sulit ini kami lalui. Beberapa kali kami pun harus naik turun tebing dengan menggunakan tali maupun akar pepohonan sebagai tumpuan. Dalam hati kami hanya berpikir semoga saja kesulitan ini tak seberapa dibandingkan dengan keindahan yang akan kami dapatkan.


Setelah 2 jam lebih berjalan akhirnya kami mulai turun ke sungai dan menyusuri jalan setapak di pinggir sungai dan bahkan harus melompati batu-batu sungai. Namun rasa lelah yang kami rasakan sebelumnya hilang setelah gemericik suara air terjun terdengar. Terlihat sebuah tenda dan bekas-bekas perkemahan yang mengisyaratkan bahwa tujuan kami telah dekat. Akhirnya sebuah pemandangan yang sangat memanjakan mata muncul di hadapan kami. Hamparan air berwarna biru layaknya sebuah karpet terhampar dihadapan kami. Sungguh sebuah keindahan alam yang tiada taranya. Lelah dan letih akibat berjalan selama lebih dari 2 jam terbayar sudah.


Air terjun dua warna ini pertama kali ditemukan para pecinta alam yang sering mengadakan kegiatan Tracking, hiking dan camping. Konon air terjun ini terjadi akibat letusan Gunung Sibayak ratusan tahun silam yang membentuk aliran sungai yang di aliri sulfur (belerang). Air belerang tersebut pun menyatu dengan partikel–partikel air sungai dari resapan hutan sehingga berubah warna menjadi biru. Anehnya, air terjun berwarna biru tersebut sama sekali tidak mengeluarkan bau belerang.

Selesai memanjakan mata lalu kami menceburkan diri ke dalam telaga di bawah air terjun tersebut. " Brrrr.... " rasa dingin langsung menusuk ke tulang. Badan langsung menggigil kedinginan begitu masuk ke dalam air. Kami tak berlama-lama di dalam air hanya mengambil beberapa gambar dan kemudian naik ke permukaan. Sambil menggerak-gerakkan badan untuk melawan rasa dingin yang masih terasa. Dua orang guide yang mengawal kami telah menyiapkan segelas kopi hangat untuk menghangatkan badan. Hmm nikmaaatt...

Tak terasa hari sudah siang dan gerimis mulai turun. Tak ingin terjebak hujan di dalam hutan kami pun lekas-lekas ganti pakaian dan melanjutkan perjalanan kembali ke basecamp. Untunglah gerimis tadi tak berlanjut menjadi hujan deras. Medan yang berat kembali kami lalui. lelah dan letih yang kami rasakan saat berangkat menuju air terjun tadi kembali kami rasakan. Perjalanan menuruni bukit makin terasa berat karena harus menahan berat beban tubuh dan barang bawaan kami. Ditambah lagi stamina yang terkuras dan jalan setapak yang licin dan berlumpur makin menguras sisa-sisa energi kami. Sesampai di basecamp hujan lebat turun. Aku berucap syukur kepada Allah yang telah melindungi kami hingga kami sampai di basecamp tanpa terjebak hujan. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat seru dan menantang. Puas sekali kami atas jerih payah yang telah kami lakukan agar dapat menikmati salah satu keindahan alam yang tiada taranya.


Senin, 14 Desember 2009

It's me....and also my brother

" Tak kenal maka tak sayang ",,sebuah pepatah yang menyadarkan kita bahwa tanpa mengenal maka rasa sayang itu tak akan pernah tumbuh. Ada ga sich 2 pihak yang ga saling kenal satu sama lain tapi saling menyayangi. Kupikir selama ini sih blom pernah nemuin hal yang semacam itu. Oleh karena itu sewajarnyalah aku sebagai pendatang baru di dunia para Blogger ini untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu.

  Aku dilahirkan di Soborojo, sebuah dusun yang bisa dibilang terpencil di wilayah Kab. Magelang Jawa Tengah pada 13 Maret 1985. Menurut cerita orang tua dan keluargaku aku dilahirkan secara prematur karena usia kandungan ibuku saat itu belum mencapai 7 bulan usia kandungan. Dibantu seorang dukun bayi lahirlah bayi mungil yang konon katanya sangat kecil bahkan ukuran tubuhku saat lahir tidak lebih besar dari botol susu. Ga kebayang tuh sebesar apa diriku wakktu lahir. Aku adalah anak pertama dari pasangan Djoko Setiono H.S. dan Puji Astuti(almh). Dan ceritanya lagi nih,,waktu lahir aku sama sekali tidak menagis sampai keesokan harinya sehingga membuat gempar semua orang yang ada disekitarku diantaranya dukun bayi, nenek, budhe, dan tetangga-tetangga nenekku yang ikut membantu proses persalinanku waktu itu.


Sebagai anak sulung dalam keluargaku. Aku memiliki seorang adik laki-laki yang sangat mirip denganku hingga lebih sering dianggap sebagai saudara kembarku. Coba teman-teman perhatikan dan temukan 10 titik perbedaan diantara kami,,hehehe... Usia kami hanya terpaut 2 tahun saja sehingga membuat kami sangat dekat dan  bisa dibilang cukup kompak. Dari SD hingga SMU kami bersekolah di sekolah yang sama mengikuti kegiatan yang sama. Dan bahkan orang tua kami selalu membelikan kami barang yang sama dengan alasan agar kami tidak iri terhadap barang milik yang lain. Maka makin lengkaplah dakwaan orang-orang di sekitar kami bahwa kami ini anak kembar.

Sekarang, aku dan adikku satu-satunya ini terpisah pulau. Dia masih berkutat dengan bangku kuliahnya sedangkan diriku mengadu nasib demi sesuap nasi, sebuah mercy dan segenggam berlian ( wkwkwkwk... mimpiii )..